Sabtu, 18 Juli 2015

CARA MENEBAK SIFAT SESEORANG DARI CARA DIA MAKAN KUE LAPIS.

Tahu kue lapis kan?
Itu tuh yang dibikin pake terigu yang dikukus dan dibuat berlapis-lapis dengan warna sesuai selera. Rasanya yang manis legit, membuat siapa aja terbuai intuk menyantapnya. Tapi ada rahasia loh dibalik kue lapis.
Tahu enggak sih? Enggak tahu kan, pastilah, orang aku belum cerita. :D
Mau tahu, nih aku ceritain.

  Pribadi seseorang dapat dilihat dengan cara bagaimana dia memakan kue lapis loh. kok bisa?
Bisa dong, sini aku kasih tahu ya, cara orang memakan kue lapis itu ada 2.

*Pertama, langsung gigit, kunyah, kemudian telan.

**Kedua, dengan cara dipisahkan dari lapisan satu persatu, kemudian baru dikunyah dan ditelan.

Orang yang makan kue lapis dengan cara pertama, cenderung memiliki sifat yang tegas, cepat tanggap, cekatan dan rajin.
Tapi, namanya manusia, pasti punya kekurangan dong. Iya kan?
Nah orang yang pake cara ini buat makan  kue lapis, kemungkinan dia juga enggak sabaran, buktinya langsung di lahab, dan lenyap. Betul,betul,betul.
Nah, malah kena virus upin ipin nih, maklum ya, adekku seneng banget nonton upin ipin.
Duh, malah ngelantur nih ceritanya, oke deh dilanjut  yang kedua ya.

 Sedangkan, Kalau untuk orang yang suka makan lapis dengan cara dikelupasin dulu setiap lapisannya, dia cenderung punya sifat yang baik hati, ramah, sopan lemah lembut dan penyabar. Buktinya, makan kue aja di telatenin selapis-selapis, ketahuan kan sabar banget.
Tapi, Eits, jangan terbuai dulu dengan pujian itu. Masih ada kekurangannya, orang yang makan kue lapis dengan cara ini kemungkinan kurang memperhatikan kebersihan, ribet dan boros. Bisa dibayangin kan ngelupasin setiap lapisannya kan bakal bikin tangan lengket, iya kan.  Terus kalo mau langsung di lap pake tissue, kan masih ada lengket-lengketnya, butuh tissue basah buat bersihin secara srmpurna, atau paling cepet cuti tangan. Fyuuhhh, kebayang kan ribetnya.

Hayoo, kalian pake cara yang mana buat makan kue lapis, ngaku. Ngerasa punya sifat kayak gitu nggak, hayoo. :D
Buat seru-seruan aja kok, gak ada maksud buat ngolok-ngolok.
So, peace. Damai gan  :)
Sekedar bongkar rahasia dikit, aku pake cara yang kedua. So  udah pasti tau kan kalo saya jorok :D
Dan, bocoran juga nih. Aku dapet ide nulis artikel tentang kue lapis dari Andi, sepupuku yang tinggal di Tulang bawang, dia pasang DP d BBM gambar kue lapis ginian, langsung deh si Mr.brain tuing..tuing. akhirnya jadi artikel kayak gini. Hihihihi
Sampai ketemu di tulisanku yang berikutnya ya :)
Salam dari formosa :*
Kaohsiung city, 18072015 20:10

Jumat, 17 Juli 2015

IDUL FITRI DI TANAH RANTAU

 Idul fitri, moment yang sangat ditunggu-tunggu umat muslim di dunia. Setelah sebulan penuh berpuasa, tibalah saat dimana hati kemenangan telah tiba. Berbagai hidangan khas hari raya pin tak luput terhifang diatad meja. Kue-kue kering, masakan-madakan khas, menjadi sesuatu yang wajib dihidangkan di hari raya.
 Mereka yang berada di kampung halaman, menyambut dengan gembira datangnya hari raya. Baju baru, untuk kemenangan yang baru.

 Sekarang, mari kita tengok mereka yang ada di perantauan.
dress baru, ya pasti untuk yang memang tak sungkan menghabiskan materi untuk belanja.
Hari libur, tentu pastilah didapatkan untuk mereka yang memiliki boss yang pengertian.
Sholat ied berjama'ah, ya pasti dong. Kan lebaran belum afdol kalo belum sholat ied, tapi hanya untuk mereka yang diperbolehka oleh si pemberi gaji.

 Tahukah kalian, mereka yang hidup di perantauan terbagi menjadi dua disi. Sisi menyenangkan dan sisi menenangkan.
mereka yang hidup disisi menyenangkan selalu bisa bersenang-senang. Hidup bebas dari tekanan ketika hari libur didapatkan. Bebas pergi kemana saja dengan mengantongi ijin dari sang tuan. Tak memiliki beban pikiran.
namun, kadang kala mereka harus berhadapan dengan kenyataan dibalik kata menyenangkan.
Tertekan dengan pekerjaan, serba salah dan selalu menelan banyak omelan.

 Mereka yang hidup disisi menenangkan, selalu tenang. Menerima kenyataan dengan ikhlas, tidak banyak menuntut. Selagi diperlakukan dengan baik dan hak-hak nya terpenuhi, merrka akan lebih banyak diam. Sekalipun harus seperti orang pingitan. Sekalipun hari libur hanya angan-angan.
mereka, akan tetap tenang dalam wujud, bungkam.
Meski, hati mereka pun merasa iri. Ingin merasakan udara-udara luar.mereka berontak dalam hati yang kemudian berbuah air mata.


  Ada satu sisi lagi yang sudah menjadi rahasia umum. Sisi yang jauh dari kata menenangkan bahkan menyenangkan. Ya, mereka berada pada sisi kurang beruntung.bahkan masik ada juga yang jauh kedalam lubang kura beruntung. Menjadi tumpuan bogem mentah sang tuan, dikambing hitamkan oleh orang-orang yang tak mau disalahkan, korban human trafficking dan masih banyak lagi, air mata sudah menjadi rutinitas wajib bagi mereka yang hidup di sisi ini.
kalian pasti bisa membayangkan apa yang mereka harapka, bukan?

 Kembali kita bahas tentang idul fitri. Di tanah rantau, yang penduduk islamnya hanya menduduki satu angka dalam persentase, gema takbir menjadi hal yang langka. Jangankan takbir  adzan saja hanya bisa didengar melalui salah satu aplikasi yang bisa di download pada google playstore (untuk merrka yang memiliki smartphone).
 Untuk mereka yang meripakan member dari netizen, ketka berselancar di dunia maya, membaca postingan hari hara, video takbir yang menggema, sangatlah menyayat hati. Air mata tak henti menetes dipipi, apalagi jika yang sudah lebih dari dua kali hari raya tak berkumpul bersama keluarga,  pasti sangatlah nelangsa, ya bukan?

Disaat keluarga dirumah berkumpul di hari raya, mereka yang ada di perantauan habya bisa Bertakbir seorang diri di dalam ruangan yang sunyi. Air mata mengalir tanpa henti, inilah kenyataan yang harus dihadapi.
terlebih untuk yang jauh berada dalam lubah beruntung, harus menelan kenyataan pahit yang menyakitkan

Tidak ada yang istimewa di hari raya. Tidak ada ketupat opor ayam, tidak ada kue khas lebaran, dan tidak ada rombongan orang-orang yang saling bermaaf-maafan. Sepi, hanya mereka yang menjadi member setia dunia maya, yang banjir ucapan hari raya. Yang lainnya, hanya meneteskan air mata membaca pesan dari keluarga di indonesia.
 Inilah perantauan, berbagai kisah tertulis dalam buku harian masing-masing. Tangis,tawa,sabar dan taqwa, sudah menjadi penghias hidup mereka. Tidak semua perantau beruntung. Dan tidak pula semua tidak beruntung.
 Dan, saya adalah dalah satu dari mereka.
Jika kalian bertanya, disisi yang mana?
Daya pasti akan menjawab disisi yang menenangkan. Ya, saya banyak bungkam dalam realita. Tapi banyak saya tumpahkan dalam tinta.
Saya, seorang perantau di negeri formosa.


SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
TAQABALALLLAHUMINNAWAMINKUM, MINALAIDZIN WALFAIDZIN.



Kaohsiung city, 170715 14:00

Rabu, 08 Juli 2015

MERPATI TANPA SAYAP



 Namaku Lusi, Ilusi maya. Kalian mungkin tengah berpikir bahwa aku memiliki nama yang aneh, aku pun juga demikian. Saat aku duduk di bangku taman kanak-kanak, aku tak pernah memikirkan apa arti  namaku, yang kutahu, namaku indah, sungguh indah.
 Namun, waktu membisikkan padaku tentang arti namaku pada saat aku duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Saat itu aku tengah membuka kamus bahasa indonesia, betapa terkejutnya aku ketika terdapat kata Ilusi, yang artinya tipuan. Sedangkan maya artinya tidak nyata.
kupeluk kamus itu dengan pikiran yang terus melayang. Ilusi maya, tipuan yang tidak nyata, atau bisa disimpulkan aku ini tak pernah ada. Akupun tak pernah tahu siapa ayahku  dimana beliau sekarang.

 Usiaku saat itu baru 11 tahun, aku takut bertanya pada ibu, aku takut ibu memukulku lagi, aku takut memar dipunggungku akan bertambah.
ibuku seorang yang ringan tangan.menurut bahasa metafora, ringan tangan berarti suka menolong. Tapi, ungkapan ini tak berlaku untuk ibuku. Ringan tangan yang dimiliki ibuku adalah sikap suka memukul, sehingga mengurungkan niatku untuk bertanya pada ibu, namun aku tetap menyayanginya.


 Rasa ingin tahuku tentang ayah kembali muncul saat guru bhasa indonesiaku meminta seluruh murid dalam kelas menulis esai tentang ayah. Tugas itu wajib dikumpul minggu depan. Tapi, bagaimana aku mampu menulis tentang ayah, sedangkan aku tak tahu tentangnya.
Akhirnya  malam itu aku beranikan diri bertanya pada ibu,
 "Ibu, ayah kemana sih? Kok sejak kecil lusi nggak pernah tahu wajah ayah. Ibu punya fotonya nggak?"
Bukan jawaban yang kudapat, malah amarah yang dilampiaskan pada album lusuh yang dilempar ke kepalaku, sakit.

"Itu ayahmu,dia sekarang menikah dengan orang Taiwan. Meninggalkan  ibu tanpa kata cerai pada saat mengandungmu 7 bulan. Coba pikir,ibu harus membanting tulang untuk menghidupimu sendiri."

 Aku menangis menahan rasa sakit karena lemparan album lusuh itu yang udekap, dan kubawa masuk kamar  kulirik ibu di ruang tamu yang terduduk lemas sambil menangis tersedu. Kututup pintu kamar, ku buka perlahan album itu, foto-fotoku pernikahan melekat disana, foto seorang lelaki kurus tengah memeluk mesra ibuku yang bagai seorang putri duduk di singgasana.

"Itu pasti ayah." pikirku.

 Kumpulan foto-fotoku saat masih bayi juga menjadi bagian dalam album itu, namun  ada satu foto yang membuatku menitikkan airmataku kembali. Laki-laki kurus yang pada halaman pertama memeluk ibuku, kini berganti mencium seorang wanita keturunan cina dengan balutan gaun putih. USiaku memang masih belia tapi aku seolah tahu bagaimana perasaan ibu.

 Kubuka perlahan pintu kamar, kuhampiri  ibu yang masih dalam keadan menangis tersedu, aku memeluknya.

" Ibu, maafin Lusi. Lusi janji nggak akan tanya bahkan nyebut tentang ayah lagi. Orang tua Lusi cuma ibu. Lusi sayang ibu"

"Lusi, maafin ibu sayang." Ibu kembali tersedu.

**
 Senin,20 oktober 2003.
hari mengumpulan esai tiba. Bu Winarti, guru bahasa indonesia dikelas kami mengabsen  satu persatu sesuai urutan abjad.
Teman-temanku pun secara berurutan menceritakan ayah mereka masing-masing dengan penuh rasa bahagia. Ada yang bercerita pernah dibelikan boneka baru, mobil-mobil remot kontrol model terbaru, diajak jalan-jalan ke kota, dan masih banyak cerita bahagia lainnya. Rasanya kelas kami pagi itu seperti berbackground pelangi, begitu kaya warna yang terang.
Tibalah kini giliranku  urutan ke 17. Kubuka buku tulis dodo yang berwarna buluk milikku, kutarik nafas, kemudian kubacakan esaiku.


*AYAH*
"Ayah, aku tak tahu siapa dia, dimana rumahnya serta bagaimana kabarnya.
Dan akupun tak ingin tahu tentangnya.
Kata orang ayah itu kuat, tapi bagiku ibu lebih kuat. Bagaimana tidak, ibu mampu membesarkanku seorang diri, ibuku adalah ayahku.
Kata orang ayahlah yang sering membelikan kita mainan, siapa bilang. Sebulan lalu aku dibelikan ibu boneka barbie baru, meski sebekumnya aku harus dipukul karena main ke rumah ayu sampe magrib, hanya untuk main boneka barbie.
Ibu memang sering memukul, tapi ibu tidak jahat. Ibu hanya ingin mendidik lusi menjadi disiplin dan tahu waktu ketika main.
Tak banyak yang kutahu tentang ayah, jadi tak banyak pula yang harus kutulis.
tapi, jika nanti ada esai lagi dan temanya tentang ibu, pasti akan aku tulis berlembar-lembar tentang ibuku. Ibuku adalah ayahku. "


 Kuserahkan esayku pada bu Winarti, kulihat ibu guru menatapku tajam. Sebuah angka 10/10 ditulis beliau di bagian bawah esayku.
"Hore!! aku dapat sepuluh." Teriakku kegirangan.
Urutan pembacaan esai dilanjutkan, namun mata bu Winarti masih terus mengikuti aku, bahkan ketika aku dengan serius mendengarkan cerita Joko tentang ayahnya yang membelikannya sepeda baru, bu winarti masih terus memperhatikan aku. Entah apa yang ada dipikiran beliau saat itu, aku tak tahu.

##
Sepuluh tahun berlalu, kini aku menjelma menjadi gadis 21 tahun yang merantau ke negeri yang terkenal dengan sebutan formosa.ibuku menikah lagi dengan pak Wira, juragan beras di desa tuna raja, dan aku kini memiliki seorang kakak tiri laki-laki yang sangat menyayangiku, serta ibuku. Meski rahim ibuku diangkat sejak lima tahun lalu, tapi pak Wira tetap bersedia menikahi ibuku, meski ayah baruku itu harus siap menerima kenyataan bahea ibuku tidak bisa melahirkan lagi.
Ibuu pernah bertanya pada beliau,

"Pak, bapak yakin tidak akan menyesal?"

"Kenapa menyesal, bu? Tidak bisa mengandung bukan berarti tidak bisa menunaikan kewajiban sebagai istri,kan? Lagi pula, kita sudah memiliki dua anak yang begitu gagah dan cantik. Firman akan menjadi anak sulung sekaligus kakak yang baik dan akan melindungi kita semua, Lusi akan menjadi di bungsu yang patuh dan kelak akan mengurus kita dimasa renta, iya kan?" Jawab bapak malam itu.

Sungguh, kali ini aku memiliki keluarga yang utuh, aku memiliki ayah dan kakak yang begitu menyayangiku serta ibuku.
Ilusi maya, nama yang masih menjadi tanda tanya itu  sekarang terpecahkan. 'Tipuan yang tidak nyata' itu ternyata adalah kabut pada kisah kami, kisah ibu yang ditinggalkan ayah, kisahku yang tak pernah tahu tentangnya. Kabut itu ternyata hanya tipuan, yang menyembunyikan kenyataan, kami akan bahagia disaat yang ditetukan Tuhan tiba. Kini, kami benar-benar berada pada masa dimana Tuhan telah mempersiapkan masa ini sebelumnya, Masa bahagia.


Kaohsiung city,08072015