Terlahir dari keluarga
yang serba kekurangan tentu bukan kemauan setiap orang. jika saja bisa memilih,
tentu akan l ebih memilih terlahir sebagai orang terlanjur kaya, tak terkecuali
aku. sebut saja nay, nayunda wiguna. putri tunggal dari seorang ayah yang amat
menyayangku, kami hanya tinggal berdua, di kampung padi. ibuku meninggal sejak
membiarkan aku untuk hidup ke dunia.
seperti namanya, sebagian besar penduduk desaku bekerja sebagai
petani padi, dan sebagian kecil sebagai buruh tani. dan ayahku adalah termasuk
dari sebagian kecil itu.
"Nduk, kamu sudah kelas dua ya!" kata bapak yang
mengagetkanku. entah sejak kapan beliau duduk dibelakangku, mengamati aku yang
tengah mengisi PR matematika.
"Iya pak!" jawabku sambil menundukksn kepala. aku
tau apa yang akan dikatakan bapak, beliau sudah tidak sanggup membiayai sekolahku.karena
gagal panen tahun ini, sehingga bapKak hanya mendapat bagian kecil dari hasil
panen.
"Nay harus tetap
sekolah, pak!
"Tapi, dari mana biayanya nduk, kita bisa makan sampai sejauh
ini saja sudah alhamdulillah."
bapak menarik napas panjang, lalu melanjutkan kata-katanya
" dan kamu lihat si Nuning, dia jauh jauh sekolah ke jakarta, sudah punya
embel embel sarjana ekonomi dibelakang namanya, jadi apa sekarang? ibu rumah tangga,
istrinya petani nduk! jadi, mau kamu sekolah setinggi apapun, tetep
ujung-ujungnya cuma jadi ibu rumah tangga.
bapak yang beberapa menit lalu bersikap ramah..kini
benar-benar marah, saat aku bersikukuh membiarkan untuk tetap sekolah.
"Tapi pak..." belum sempat aku melanjutkan
ucapannya, bapak seolah menutup pembicaraan, "makan atau sekolah!"
sebuah pilihan yang sulit, sifat keras kepala bapak sudah
tidak bisa dilawan lagu, aku hanya mampu menahan bendungan dikelopak mata, pun
akhirnya jebol juga.
"Aku harus tetap sekolah, agar bisa mengentaskan keluarga
dari kungkungan kemiskinan.ini bukan sekedar mimpi,pak! nay akan buktikan, nay
bisa menjadi yang terbaik, nay yakin bisa.!"
Bintang kejora, yang paling terang dilangit malam itu
menjadi saksi kobaran semangatku. aku yakin, aku bisa melalui hambatan mimpiku
ini, ya, mimpi bisa mengenyam bangku sekolah setinggi-tingginya, dan bisa merubah
nasib, dan pandangan orang, anak seorang buruh tanipun bisa jadi sarjana!
ahh..indahnya bermimpi. tapi, eitsss..ini bukan sekedar mimpi, akan
kugenggam mimpiku, dan akan kubentuk menjadi bintang, ya bintang dalam kelam, menyinari mimpi yang membeku.
ditulis oleh: Eni okta.v
kaohsiung city, 240816
